Minggu, 26 Juli 2015

Jejak Rindu Yang Membekas

Bagai sepasang sandal yang kehilangan satu sama lain. Tak ubahnya perasaan yang mengekang rindu di kala malam tiba. Tak akan pernah tau perasaan masing-masing. Termasuk perasaan rindu. Ya rasa rindu yang entah dari mana dan kapan dia berdiri disana sampai pemiliknya tak sadar jika deru air mata akan menghampirinya. Dan malam ini aku merasakannya...

Maaf sudah membuat diriku kacau karenamu. Sudah membuat diriku kesulitan untuk sesuatu yang mungkin bagi sebagian orang itu mudah. Tapi tidak dengan diriku...

"Melupakanmu" Kini tugasku hanya satu kata itu. Tapi kenapa sangat berat rasanya? Tolong jelaskan padaku, Tuan. Apa kau tega membiarkanku bermain terlalu lama? Membiarkan perasaan ini entah sampai kapan. Tolong bantu aku, Tuan... Apa saja. Semampumu..

Oh ya aku hampir lupa. Bagaimana kamu bisa membantuku sedangkan kamu tidak mengetahuinya? Sepertinya aku lupa memberitahumu. Oh bukan! Aku tidak lupa! Sama sekali tidak! Aku sengaja menyembunyikannya darimu.

Aku sengaja menyembunyikan semuanya karena aku tidak mau memberatkanmu. Aku tidak mau mengganggumu. Kamu tau kalau aku tidak tega menyakiti perasaan orang lain. Terlebh jika aku membuat kamu sakit. Sungguh aku tak akan sanggup. Aku hanya ingin kamu menjalani hidup seperti biasa. Saat aku belum mengagumimu. Saat di mana hati ini belum terlalu dalam.

Aku sendiri tak pernah mengerti apa yang aku rasakan. Semalam saat aku sedang melamun. Tiba-tiba terasa ada sesuatu yang mendesak. Sesuatu yang ingin aku keluarkan. Terasa hangat. Dimata. Dan entah seketika terjatuh mengurai lembut di pipi. Aku menangis. Alasannya pun tak jelas. Tiba-tiba saja aku ingin melakukannya. Sesak rasanya. Dan aku baru menyadarinya bahwa aku sedang MERINDUKANMU....

Mungkin ini terlalu berlebih. Tetapi sungguh. Aku tak bisa menahannya. Aku pun tak mengerti kenapa ini bisa terulang. Saat aku menangis, aku langsung mengingat Allah. Aku takut. Sungguh. Aku takut jika Allah murka terhadapku karena perasaan ini. Aku takut jika perbuatanku ini malah menjauhkan kamu dari takdirku.

Tuan, apa yang harus aku lakukan selain menangis? Perasaan wanita memang terlalu lemah. Aku pun mengakuinya. Tapi bodohnya aku yang berpura-pura tegar. Dimana pun aku berusaha selalu membuat orang di sekitarku tertawa dengan tingkahku. Berusaha membuat mereka terhibur. Tapi aku sendiri bahkan tidak bisa melakukannya bahwa aku ini bahagia. Aku sulit menghibur diriku sendiri. Terlalu lemah. Apa sebesar ini dampaknya karena ulahmu, Tuan?

Ingin rasanya ada pria yang lebih baik dari kamu. Ingin rasanya ada seorang ikhwan yang bisa merebut hatiku darimu. Ingin rasanya semua kembali seperti 3 tahun yang lalu. Wanita yang belum mengetahui apa itu rasa sayang. Wanita yang masih lugu. Wanita yang belum memikirkan CINTA.

Berhentilah mengikutiku. Buat aku lupa akan namamu. Wajahmu. Senyummu. Kalaupun sulit, aku selalu mengingat Allah. Yang selalu mengingatkan aku dalam murka itu. Bismillah akan jauh lebih baik. Bismillah akan jauh lebih indah. "Aku akan mencoba menghapus jejak itu walaupun membekas"


By Created @cyndiialf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar