Jumat, 30 Januari 2015

Selamat Ulang Tahun, Tuan :)

Hari ini bukan hari biasa. Hari ini hari special buat, Tuan. Kenapa bisa disebut hari special? Karena hari ini adalah hari kelahiran kamu, Tuan. Hari dimana 19 tahun yang lalu kamu di lahirkan ke dunia ini dengan selamat. Hari dimana kamu diberi kesempatan oleh Allah untuk memulai hidup di dunia ini untuk bekal di akhirat nanti. Hari dimana kamu seperti berkah karena terlahir menjadi anak kedua dari orang tuamu dan berkesempatan untuk membawa mereka ke surga-Nya. Hari ini tanggal 30 Januari 2015 kamu berulang tahun, Tuan. Usiamu kini semakin berkurang, bukan semakin bertambah. Ilmumu semakin bertambah. Pahalamu semakin bertambah *insyaallah*.

Sudah kurang lebih 2.5 tahun aku mengagumimu. Selalu menyebut namamu dalam do’aku. Selalu menyimpan rasa ini dan tidak memberitahu kamu karena aku takut Allah murka atas perasaan ini. Aku takut jika Allah murka, kamu dijauhkan dalam jodohku nanti. Aku takut kehilanganmu, Tuan :’)

Selama 2.5 tahun, perasaan ini tersimpan rapi. Kamu tidak tau jika aku sembunyi-sembunyi melihat kamu dari kejauhan. Kamu tidak tau jika aku selalu tersenyum jika melihat kamu tersenyum. Kamu tidak tau jika aku selalu tertawa melihat tingkah konyolmu. Kamu tidak tau jika aku selalu rindu padamu. Kamu tidak tau jika aku selalu memikirkan kamu. Kamu tidak tau jika aku punya rasa yang lebih dari sekadar rasa cinta dan suka, tapi rasa sayang.

Tapi kini sudah berahir, Tuan. Kamu mungkin sudah mengetahui perasaan aku sebenarnya walaupun tidak mengetahui secara detailnya. Maafkan aku Tuan karena aku sudah lancang mengagumi kamu. Maafkan aku telah memiliki perasaan yang terlarang ini. Maafkan aku karena memiliki perasaan yang mungkin saja membuat Allah murka dan menjadi dosa. Sekali lagi MAAF, Tuan.

“Selamat Ulang Tahun yang ke-19”. Mungkin aku hanya bisa menggunakan kata itu dan aku sampaikan lewat do’a dan beberapa pesan. Selamat ulang tahun, Tuanku. Do’aku terhadapmu pasti yang terbaik. Gunakan sisa umurmu menjadi lebih berguna dan giatkan dengan selalu ber-istiqomah terhadap-Nya. Gunakan sisa hidupmu untuk perbanyak beribadah dan menggali pahala untuk bekal akhirat nanti. Semoga kamu menjadi pria soleh yang diidamkan wanita solehah dan kelak kamu mendapatkan jodoh yang solehah pula. Banyaklah perbaiki dan pantaskan diri dengan ta’at kepada-Nya.

Tahun ini juga kamu akan menghadapi UN, bukan? Disini aku selalu mendo’akan kamu, Tuan. Belajar dengan giat, berusaha semaksimal mungkin. Minta restu kepada orang tua dan kepada-Nya. Jangan pernah putus asa. Jangan pernah menyerah. Selalu optimis untuk kedepannya. Yakin kalau kamu bisa. Gunakan waktu kamu sebaik-baiknya untuk terus belajar dan belajar. Insyaallah hasil yang kamu dapat nanti akan memuaskan sesuai keinginan kamu, Tuan.

Pergunakan hari-harimu dengan baik, Tuan. Jangan kau gunakan untuk hal-hal yang tidak baik, karena kamu hidup di dunia ini hanya sekali seumur hidup. Bahkan aku menyimpulkan hidup di dunia ini hanya sebatas mimpi. Dan kehidupan yang nyata dan kekal lagi abadi di Surga-Nya *amin*

Mungkin hanya sampai disini pesan dan ucapan aku untukmu, Tuan. Berbahagialah kamu bersama pilihanmu, Tuan. Aku selalu mendo'akan yang terbaik untuk hubunganmu. Mungkin ada sedikit ke-iri-an. Tetapi pikiran negatif itu segera aku tepis demi melihat kamu bahagia. Karena bahagiamu, bahagiaku juga, Tuan :)


Sekali lagi “Selamat Ulang Tahun Yang ke-19 Tahun, Tuanku” ^_^

Rabu, 21 Januari 2015

Maaf... Anda Bukan Muhrim Saya

Maaf, anda bukan muhrim saya.”
Demikian kata-kata yang meluncur dari lisan seorang wanita ketika seorang laki-laki mengulurkan tangan kepadanya. Laki-laki itu pun menjadi bingung. Apa itu muhrim? Mungkin begitu pertanyaan yang bergayut di pikirannya.
Ada di antara kita yang pernah menghadapi peristiwa seperti ini. Namun ternyata, masih banyak yang keliru membedakan antara muhrim dengan mahram. Sebenarnya kata yang tepat untuk konteks kalimat wanita itu adalah mahram bukan muhrim.
Mahram adalah semua orang yang haram untuk dinikahi selama-lamanya karena sebab nasab, persusuan dan pernikahan (Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam al-Mughni 6/555). Sedangkan muhrim adalah orang yang sedang melakukan ihram dalam haji atau umrah.
Masalah mahram merupakan salah satu masalah yang penting dalam syari’at Islam. Karena masalah ini memiliki kaitan yang sangat erat dengan hubungan mu’amalah diantara kaum muslimin, terutama bagi muslimah. Allah Ta’ala telah menetapkan masalah ini sebagai bentuk kasih sayang-Nya juga sebagai wujud dari kesempurnaan agama-Nya yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam.

Pembagian Mahram
Syaikh ‘Abdul ‘Adzim bin Badawi Al-Khalafi (lihat Al-Wajiiz) menyatakan bahwa, seorang wanita haram dinikahi karena tiga sebab, yaitu karena nasab (keturunan), persusuan, dan mushaharah (pernikahan). Oleh karena itu, mahram wanita juga terbagi menjadi tiga macam yaitu mahram karena nasab atau keluarga, persusuan dan pernikahan.

Mahram Karena Nasab
Mahram karena nasab adalah mahram yang berasal dari hubungan darah atau hubungan keluarga.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat An-Nur ayat 31, yang artinya, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka atau putra-putra mereka atau putra-putra suami mereka atau saudara-saudara lelaki mereka atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka.”
Para ulama’ tafsir menjelaskan, “Sesungguhnya lelaki yang merupakan mahram bagi wanita adalah yang disebutkan dalam ayat ini, adalah:
1.   Ayah
Termasuk dalam kategori bapak yang merupakan mahram bagi wanita adalah kakek, baik kakek dari bapak maupun dari ibu. Juga bapak-bapak mereka ke atas. Adapun bapak angkat, maka dia tidak termasuk mahram bagi wanita. Hal ini berdasarkan pada firman Allah Ta’ ala, yang artinya, “Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu.” (Qs. Al-Ahzab: 4)
2.   Anak laki-laki
Termasuk dalam kategori anak laki-laki bagi wanita adalah cucu, baik cucu dari anak laki-laki maupun anak perempuan dan keturunan mereka. Adapun anak angkat, maka dia tidak termasuk mahram berdasarkan pada keterangan di atas.
3.   Saudara laki-laki, baik saudara laki-laki kandung maupun saudara sebapak ataupun seibu saja.
Saudara laki-laki tiri yang merupakan anak kandung dari bapak saja atau dari ibu saja termasuk dalam kategori mahram bagi wanita.
4.   Keponakan, baik keponakan dari saudara laki-laki maupun perempuan dan anak keturunan mereka.
Kedudukan keponakan dari saudara kandung maupun saudara tiri sama halnya dengan kedudukan anak dari keturunan sendiri. (Lihat Tafsir Qurthubi 12/232-233)
5.   Paman, baik paman dari bapak ataupun paman dari ibu.
Syaikh Abdul Karim Zaidan mengatakan dalam Al-Mufashal Fi Ahkamil Mar’ah (3/159), “Tidak disebutkan bahwa paman termasuk mahram dalam ayat ini (QS. An-Nur: 31) karena kedudukan paman sama seperti kedudukan kedua orang tua, bahkan kadang-kadang paman juga disebut sebagai bapak.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu Ibrahim, Ismail dan Ishaq.” (Qs. Al-Baqarah: 133)
Sedangkan Isma’il adalah paman dari putra-putra Ya’qub. Dan bahwasanya paman termasuk mahram adalah pendapat jumhur ulama’.

Mahram Karena Ar-Radha’
Ar-radha’ah atau persusuan adalah masuknya air susu seorang wanita kepada anak kecil dengan syarat-syarat tertentu (al-Mufashol Fi Ahkamin Nisa’ 6/235).
Sedangkan persusuan yang menjadikan seseorang menjadi mahram adalah sebanyak lima kali persusuan, berdasar pada hadits dari `Aisyah radhiyallahu `anha, beliau berkata, “Termasuk yang di turunkan dalam Al Qur’an bahwa sepuluh kali persusuan dapat mengharamkan (pernikahan) kemudian dihapus dengan lima kali persusuan.” (HR. Muslim 2/1075/1452)
Ini adalah pendapat yang rajih di antara seluruh pendapat para ulama’ (Lihat Nailul Authar 6/749 dan Raudhah Nadiyah 2/175).
Syaikh Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa terdapat dua syarat yang harus dipenuhi sebagai tanda berlakunya mahram ar-radha’ (persusuan) ini, yaitu:
Telah terjadinya proses penyusuan selama lima kali.
Penyusuan terjadi selama masa bayi menyusui yaitu dua tahun sejak kelahirannya. (Lihat Durus wa Fatawal Haramul Makki Syaikh Utsaimin, juz 3 hal. 20)
Hubungan mahram yang berasal dari persusuan telah disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya tentang wanita-wanita yang haram untuk dinikahi, yang artinya, “Juga ibu-ibu yang menyusui kalian serta saudara-saudara kalian dari persusuan.” (Qs. An-Nisa': 23)
Dan disebutkan juga oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu `anhu, ia berkata, “Diharamkan dari persusuan apa-apa yang diharamkan dari nasab.” (HR. Bukhari 3/222/ 2645 dan Muslim 2/1068/ 1447)
Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa mahram bagi wanita dari sebab persusuan adalah seperti mahram dari nasab, yaitu:
1.   Bapak persusuan (suami ibu susu).
Termasuk mahram juga kakek persusuan yaitu bapak dari bapak atau ibu persusuan, juga bapak-bapak mereka ke atas. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Sesungguhnya Aflah saudara laki-laki Abi Qu’ais meminta izin untuk menemuiku setelah turun ayat hijab, maka saya berkata, “Demi Allah, saya tidak akan memberi izin kepadamu sebelum saya minta izin kepada Rasulullah, karena yang menyusuiku bukan saudara Abi Qu’ais, akan tetapi yang menyusuiku adalah istri Abi Qu’ais. Maka tatkala Rasulullah datang, saya berkata,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya lelaki tersebut bukanlah yang menyusuiku, akan tetapi yang menyusuiku adalah saudara istrinya. Maka Rasulullah bersabda, “Izinkan baginya, karena dia adalah pamanmu.” (HR. Bukhari: 4796 dan Muslim: 1445)
2.   Anak laki-laki dari ibu susu.
Termasuk anak susu adalah cucu dari anak susu baik laki-laki maupun perempuan. Juga anak keturunan mereka.
3.   Saudara laki-laki sepersusuan.
Baik dia saudara susu kandung, sebapak maupun cuma seibu.
4.   Keponakan persusuan (anak saudara persusuan).
Baik anak saudara persusuan laki-laki maupun perempuan, juga keturunan mereka.
5.   Paman persusuan (saudara laki-laki bapak atau ibu susu).
(Lihat al-Mufashol 3/160)

Mahrom Karena Mushaharah
Mushaharah berasal dari kata ash-Shihr. Imam Ibnu Atsir rahimahullah berkata, “Shihr adalah mahram karena pernikahan” (An Nihayah 3/63).
Contohnya, mahram yang disebabkan oleh mushaharah bagi ibu tiri adalah anak suaminya dari istri yang lain (anak tirinya) dan mahram mushaharah bagi menantu perempuan adalah bapak suaminya (bapak mertua), sedangkan bagi ibu istri (ibu mertua) adalah suami putrinya (menantu laki-laki) [Al Mufashshol 3/162].
Hubungan mahram yang berasal dari pernikahan ini disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya, yang artinya, “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka,atau ayah mereka,atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka.” (Qs. An-Nur: 31)
“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu (ibu tiri).” (Qs. An-Nisa': 22)
“Diharamkan atas kamu (mengawini) … ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, dan istri-istri anak kandungmu (menantu).” (Qs. An-Nisa': 23)
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa orang-orang yang haram dinikahi selama-lamanya karena sebab mushaharah adalah:
1.   Ayah mertua (ayah suami)
Mencakup ayah suami atau bapak dari ayah dan ibu suami juga bapak-bapak mereka keatas (Lihat Tafsir As-Sa’di hal: 515, Tafsir Fathul Qodir 4/24 dan Tafsir Qurthubi 12/154).
2.   Anak tiri (anak suami dari istri lain)
Termasuk anak tiri adalah cucu tiri baik cucu dari anak tiri laki-laki maupun perempuan, begitu juga keturunan mereka (Lihat Tafsir Qurthubi 12/154 dan 5/75, Tafsir Fathul Qodir 4/24, dan Tafsir Ibnu Katsir 1/413).
3.   Ayah tiri (suami ibu tapi bukan bapak kandungnya)
Haramnya pernikahan dengan ayah tiri ini berlaku ketika ibunya telah jima’ dengan ayah tirinya sebelum bercerai. Namun, jika belum terjadi jima’, maka diperbolehkan.
Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seluruh wanita yang pernah dinikahi oleh bapak maupun anakmu, maka dia haram bagimu.” (Tafsir Ath- Thobari 3/318)
4.   Menantu laki-Laki (suami putri kandung)
Dan kemahraman ini terjadi sekedar putrinya di akadkan kepada suaminya (Tafsir Ibnu Katsir 1/417).

Ditulis ulang dari artikel Mahrom bagi Wanita (Ahmad Sabiq bin `Abdul Lathif), majalah Al Furqon, Edisi 3/ II, Dzulqa’idah 1423 H, hal 29-31 dengan beberapa tambahan dari penulis.
Penulis: Ummu Sufyan Rahmawaty Woly bintu Muhammad dan Ummu Asma’ Dewi Anggun Puspita Sari



Ada beberapa editan dari saya. Ini hanya sekedar berbagi ilmu dan pengetahuan yang mungkin belum anda ketahui lebih dalam. Semoga bisa anda ambil maknanya dan saling berbagi kepada yang belum mengetahuinya. Semoga bermanfaat (^_^) ~Cyndi Alfiani~



Senin, 19 Januari 2015

Cintai Dia Dalam Diam

Cintai Dia Dalam Diam



Jika muslimah jatuh cinta, ia memendamnya dalam diam, malu dengan hijabnya, terlebih ia malu dengan Rabbnya. Jika jatuh cinta, ia berusaha untuk menghapus rasanya, tetaplah Allah satu dalam hatinya.

Jika ia jatuh cinta, dipendamnya dalam hati yang terdalam, orang lain tak dibiarkan tahu, apalagi si dia yang dituju. Cinta tak akan ia biarkan bersemi, semakin mengingat si dia, semakin sering menyebut asma Allah. Semakin sering berharap akan kehadirannya, semakin keras ia berusaha melupakan. Muslimah tak akan biarkan rindu itu bergelora, justru kekhawatirannya semakin muncul, ia takut Allah murka padanya. Ia hindari pertemuan, ia menghindari interaksi, menjaga suaranya, menahan pandangannya, mesti hatinya bergetar hebat. Saat kita merasa dialah orang yang tepat, bukan hanya karena fisiknya, tapi karena keimanan, bawalah namanya dalam doa kita.

Saat ia jatuh cinta, ia jatuh pada orang yang benar, yang nantinya akan membimbingnya, tidak karena cinta ia merendahkan dirinya. Muslimah, muliakanlah dirimu, akan datang disaat yang tepat, berdoalah dia orang yang tepat, semoga waktunya semakin dekat. Orang yang kita cintai dalam diam, belumlah halal, dan belum tentu akan halal. Bersabarlah, janji Allah sudah ada pendamping untuk kita. Mungkin dia, mungkin juga bukan dia, janganlah terikat dengan sesuatu yang masih mungkin. Jangan habiskan waktumu untuk cinta manusia, kejarlah Allah, maka kebaikan-kebaikan akan datang kepada kita.

Jika kita mencintai Allah, maka rasa cinta terhadap apapun akan sirna. Itulah cinta sejati, cinta di jalan yang benar. Jangan takut, jika ia adalah yang terbaik, Allah akan dekatkan, jika bukan yang terbaik, Allah akan selesaikan dengan caranya. Pria, jika kau belum mampu menikahinya, jangan kau nodai kesucian cinta. Menjadikan cinta yang awalnya indah, menjadi akhir yang penuh masalah. Pria, janganlah kau janjikan waktu pernikahan, jika masih setahun lagi, masih tiga tahun lagi. Janjimu sebelum menjadi suami seringnya palsu. Saat kau merasa mampu, datangi dan lamar dia.

fanart dari fatharrani yasmin shafiya sanni (^_^)
jazakillahu khairan



Sumber : Nyol-Nyol Comics

Minggu, 18 Januari 2015

Berhentilah Sebelum Terlambat

Selama ini, tanpa kusadari, selalu ada orang yang sangat baik dan begitu memperhatikanku.  Dia begitu baik padaku. Entah sudah berapa lama waktu yang dia habiskan untukku. Untuk segalanya. Untuk waktu perhatiannya yang tanpa kusadari. Untuk segala emosi hati yang tak pernah kalut saat aku mengenyahkannya. Untuk usaha perjuangan waktu demi bertemu denganku walau rumah kami berdekatan. Aku tak tahu apa yang ada di pikirannya selama ini.

Tak menyangka jika pada akhirnya aku mengetahui bahwa kau memiliki perasaan lebih dari apa yang seharusnya. Aku tak berharap lebih. Justru aku hanya menganggap hubungan kita hanya sekadar teman berbagi. Memang kau belum mengatakannya langsung. Tetapi aku bisa merasakan semua rasa perhatianmu padaku. Aku bisa merasakan bahwa itu bukan hanya sekadar pertanyaan melainkan itu adalah ungkapan rasa “perhatian”.

Aku tidak ingin membuatmu jatuh terlalu jauh dalam lingkaran ini. Aku tak mengerti mengapa kau bisa jatuh. Jatuh ke dalam orang yang salah seperti... AKU. Mungkin aku cukup senang dan bahagia jika kau telah mengetahui segala kekuranganku dan bisa menerima semua yang sudah terungkap. Selama ini aku berpikir bahwa tidak ada pria yang bisa menerima segala kekuranganku. Dan setelah aku bertemu kau.. ternyata aku... SALAH.

Kau bisa menerima semuanya. Bahkan melebihi keinginanku. Kau bisa membuatku nyaman, tersenyum bahkan memikirkanmu. Maaf jika beberapa kali aku menghiraukan segala perhatianmu dengan membalas sms dengan singkat. Itu aku lakukan karena aku tak ingin membuat kau jatuh terlalu jauh ke dalam cinta ini. Aku berusaha untuk menghentikannya sedini mungkin. Aku takut membuatmu kecewa. Aku takut tak bisa memberikan apa yang telah kau beri padaku. Aku takut tidak bisa membalas apapun yang telah kau lakukan terhadapku.

Usiaku dan usiamu berbeda. Kau lebih muda setahun dariku. Tetapi cara berpikirmu mungkin diatasku. Kau bisa mengontrol dan menenangkan suasana. Walau terkadang bisa kapan saja kau bersikap seperti anak kecil. Ilmumu pun mungkin di atasku dengan status kau anak pesantren. Ilmu agamamu jauh di atasku. Itulah yang membuatku mengagumimu bukan... menyukaimu.

Berhentilah bersikap baik seperti itu. Karena setiap kau melakukan hal yang baik untukku, aku selalu ingin mengeluarkan air mata ini. Aku bingung apa aku harus senang karena ada yang memperhatikanku? atau aku harus sedih karena kau memperhatikan wanita yang salah? Wanita yang tidak menyukaimu? Ayolah bangun dari mimpi burukmu. Aku hanya akan menjadi mimpi burukmu yang kau sangka adalah mimpi indahmu. Aku bagaikan  duri di tangkai bunga mawar. Aku takut menjadi duri tajam yang melukaimu, walau kau melihatnya itu adalah sebuah keindahan. Sesuatu yang sangat indah akan kamu rasakan ketika ada seseorang yang sangat mencintaimu.

Aku mohon, berhentilah bersikap seperti itu. Masih banyak wanita yang mungkin menyukaimu. Simpan hatimu di relung terdalam dan tunggulah seseorang yang terbaik untuk mengambilnyaAku harap pesan ini bisa kau baca walau aku tahu kau tak mungkin membaca pesan ini..



Kasih Sayang Lebih Mulia Dari Cinta

Dihadapan orang yang kau cintai,
Musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Dihadapan orang yang kau sukai,
Musim dingin tetaplah dingin, hanya suasana yang lebih indah mewarnainya
Dihadapan orang yang kau cintai,
Jantungmu tiba-tiba berdebar lebih cepat
Dihadapan orang yang kau sukai,
Kau hanya merasa senang dan gembira saja
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau cintai,
Matamu berkaca-kaca
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang kau sukai,
Engkau hanya tersenyum saja
Dihadapan orang yang kau cintai,
Kata-kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam
Dihadapan orang yang kau sukai,
Kata-kata hanya keluar dari pikiran saja
Jika orang yang kau cintai menangis,
Engkau pun akan ikut menangis di sisinya
Jika orang yang kau sukai menangis,
Memang hatimu menangis namun kau hanya menghibur saja
Perasaan cinta dimulai dari mata,
Sedangkan rasa suka lebih dimulai dari telinga
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang,
Cukup dengan menutup telingamu
Tapi bila kau mencoba menutup matamu dari orang yang kau cintai,
Cinta itu berubah menjadi tetesan air mata
Dan terus bersemayam di hatimu dalam waktu yang tak singkat
Tetapi selain rasa suka dan cinta,
Ada perasaan yang jauh lebih dalam,
Yaitu rasa sayang.
Sayang yang tidak hilang secepat cinta pergi,
Sayang yang tidak mudah berubah,
Perasaan yang dapat membuatmu berkorban
Untuk orang yang kau sayangi
Mau menderita demi kebahagiaan orang yang kau sayangi
Cinta ingin memiliki, tetapi sayang hanya ingin melihat
Orang yang disayanginya bahagia…walaupun harus kehilangan

Sabtu, 17 Januari 2015

Apa Salahnya Menangis?

Apa salahnya menangis, jika memang dengan menangis itu manusia menjadi sadar. Sadar akan kelemahan-kelemahan dirinya, saat tiada lagi yang sanggup menolongnya dari keterpurukan selain Allah Swt. Kesadaran yang membawa manfaat dunia dan akhirat. Bukankah kondisi hati manusia tiada pernah stabil? Selalu berbolak balik menuruti keadaan yang dihadapinya. Ketika seseorang menghadapi kebahagiaan maka hatinya akan gembira dan saat dilanda musibah tidak sedikit orang yang putus asa bahkan berpaling dari kebenaran.
Sebagian orang menganggap menangis itu adalah hal yang hina, ia merupakan tanda lemahnya seseorang. Bangsa Yahudi selalu mengecam cengeng ketika anaknya menangis dan dikatakan tidak akan mampu melawan musuh-musuhnya. Para orang tua di Jepang akan memarahi anaknya jika mereka menangis karena dianggap tidak tegar menghadapi hidup. Menangis adalah hal yang hanya dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai prinsip hidup.
Bagi seorang muslim yang mukmin, menangis merupakan buah kelembutan hati dan pertanda kepekaan jiwanya terhadap berbagai peristiwa yang menimpa dirinya maupun umatnya. Rasulullah Saw meneteskan air matanya ketika ditinggal mati oleh anaknya, Ibrahim. Abu Bakar Ashshiddiq ra digelari oleh anaknya Aisyah ra sebagai Rojulun Bakiy (Orang yang selalu menangis).
Beliau senantiasa menangis, dadanya bergolak manakala sholat dibelakang Rasulullah Saw karena mendengar ayat-ayat Allah. Abdullah bin Umar suatu ketika melewati sebuah rumah yang di dalamnya ada sesorang sedang membaca Al Qur’an, ketika sampai pada ayat: “Hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam” (QS. Al Muthaffifin: 6). Pada saat itu juga beliau diam berdiri tegak dan merasakan betapa dirinya seakan-akan sedang menghadap Robbnya, kemudian beliau menangis. Lihatlah betapa Rasulullah Saw dan para sahabatnya benar-benar memahami dan merasakan getaran-getaran keimanan dalam jiwa mereka. Lembutnya hati mengantarkan mereka kepada derajat hamba Allah yang peka.
Bukankah diantara tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari dimana tiada naungan kecuali naungan Allah adalah orang yang berdoa kepada Robbnya dalam kesendirian kemudian dia meneteskan air mata? Tentunya begitu sulit meneteskan air mata saat berdo'a sendirian jika hati seseorang tidak lembut. Yang biasa dilakukan manusia dalam kesendiriannya justru maksiat. Bahkan tidak sedikit manusia yang bermaksiat saat sendiri di dalam kamarnya seorang mukmin sejati akan menangis dalam kesendirian dikala berdo'a kepada Tuhannya. Sadar betapa berat tugas hidup yang harus diembannya di dunia ini.
Di zaman ketika manusia lalai dalam gemerlap dunia, seorang mukmin akan senantiasa menjaga diri dan hatinya. Menjaga kelembutan dan kepekaan jiwanya. Dia akan mudah meneteskan air mata demi melihat kehancuran umatnya. Kesedihannya begitu mendalam dan perhatiannya terhadap umat menjadikannya orang yang tanggap terhadap permasalahan umat. Kita tidak akan melihat seorang mukmin bersenang-senang dan bersuka ria ketika tetangganya mengalami kesedihan, ditimpa berbagai ujian, cobaan, dan fitnah. Mukmin yang sesungguhnya akan dengan sigap membantu meringankan segala beban saudaranya. Ketika seorang mukmin tidak mampu menolong dengan tenaga ataupun harta, dia akan berdoa memohon kepada Tuhan semesta alam.
Menangis merupakan sebuah bentuk pengakuan terhadap kebenaran. “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri) seraya berkata: “Ya Robb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad)”. (QS. Al Maidah: 83).
Ja’far bin Abdul Mutholib membacakan surat Maryam ayat ke-16 hingga 22 kepada seorang raja Nasrani yang bijak. Demi mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, bercucuranlah air mata raja Habsyah itu. Ia mengakui benarnya kisah Maryam dalam ayat tersebut, ia telah mengenal kebenaran itu dan hatinya yang lembut menyebabkan matanya sembab kemudian menangis. Raja yang rindu akan kebenaran benar-benar merasakannya.
Orang yang keras hatinya, akan sulit menangis saat dibacakan ayat-ayat Allah. Bahkan ketika datang teguran dari Allah sekalipun ia justru akan tertawa atau malah berpaling dari kebenaran. Sehebat apapun bentuk penghormatan seorang tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul kepada Rasulullah Saw, sedikit pun tidak berpengaruh pada hatinya. Ia tidak peduli ketika Allah Swt mengecam keadaan mereka di akhirat nanti, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan neraka yang paling bawah. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolongpun bagi mereka”. (QS. An Nisa’: 145)
Barangkali di antara kita yang belum pernah menangis, maka menangislah disaat membaca Al Qur’an, menangislah ketika berdo'a di sepertiga malam terakhir, menangislah karena melihat kondisi umat yang terpuruk, atau tangisilah dirimu karena tidak bisa menangis ketika mendengar ayat-ayat Allah. Semoga hal demikian dapat melembutkan hati dan menjadi penyejuk serta penyubur iman dalam dada. Ingatlah hari ketika manusia banyak menangis dan sedikit tertawa karena dosa-dosa yang diperbuatnya selama di dunia. “Maka mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan”. (QS At Taubah: 82).
Jadi apa salahnya menangis?

Sumber : EraMuslim

Jumat, 16 Januari 2015

Secarik Kertas Untukmu

Yang Terhormat, Tuan..,

          Engkau tahu bahwa diriku bukanlah siapa-siapa, Bahkan hari ini pun aku masih berfikir baikkah diriku untukmu.Tuan, aku menyadari bahwa aku tak pantas untukmu. Tapi aku ingin engkau tahu apa yang selama ini ku rasakan. Mungkin di sana kau menemukan wanita yang lebih baik dari sikapku, ucapanku dan lebih baik dari akhlakku karena aku menyadari bahwa diriku bukanlah sesempurna yang engkau lihat. Diriku hanyalah seorang manusia yang Allah tutupkan aibnya, namun kalau Allah bukakan tentang aibku pasti engkau tahu bahwa aibku sungguh sangat banyak. Aku tidak punya kelebihan apa - apa untuk dibangggakan dan untuk diberikan kepadamu kecuali Allah yang selalu menjadi pegangan dan harapan didalam hidupku. Sementara engkau adalah seorang laki – laki yang soleh, ta’at, lembut ucapmu, bagus akhlakmu dan cerdas, mempunyai banyak kemampuan dan keinginan yang mulia, memiliki harapan yang diimpi-impikan yaitu mendamba seorang istri yang solehah, yang manjadi nakhoda dalam menjalani kehidupan ini. Namun diriku belum sesempurna yang engkau harapkan.

          Tuan, aku tahu, Aku hanyalah seorang insan pembelajar yang sedang memahami dan belajar mengenal islam,pemahamanku tentang islam masih sangat terbatas,namun keinginan yang besar untuk tetap istiqomah dalam meningkatkan kualitas diri dihadapan Robb-Nya. Maka Sangat besarlah kemungkinan kesalahan yang ada pada diriku baik kesalahan ucap maupun prilakuku. Maka itulah kekuranganku yang harus perbaiki.

          Maaf Tuan, perkenalan kita ku salah artikan menjadi cinta yang belum waktunya. Jika ku mungkin ini membuatmu marah maafkan. Teman berbagimu ini. Aku hanya ingin tenang dengan perasaan ini.


          Tuan, demikian surat ini ditulis untuk menyerahkan semuanya kepada Illahi Robbi, Sebagai ketawakallan diriku untuk memohon yang terbaik dari sisiNya. Semoga allah mempermudah jalan kita, Tuan. 

Salam rindu pengagummu Cyndi Alfiani :)